Coretan pena~Pertemuan (part 3)



Selesai
Kata itu yang sama-sama kita tahu. 
Aku menjalani kehidupan seperti biasa,  begitupun kamu. 
Tak ada lagi komunikasi. 
Sesekali mungkin hanya terlihat dari cerita di sosial media kita. 
Hampir 200 hari bahkan lebih
Tak pernah ada lagi komunikasi dan sapa yang terjalin. 
Mungkin aku yang terlalu keras dan tak pernah memberikan kesempatan untuk berteman dan komunikasi meskipun hanya sebatas sapa. 
Tapi untuk apa? 
Bukankah yang lalu biarlah berlalu? 

Hingga satu waktu aku tersadar,  bahwa komunikasi tak apa jika hanya sebatas teman. 
Ya,  aku meyakinkan diri bahwa berteman dengan siapa saja bukanlah sebuah masalah. 

Dan sebuah gambar panorama yang kukirimkan tanpa niat apapun kala itu,  bagaikan sebuah kunci yang berhasil membuka pintu usang yang telah lama ingin dibuka. 

Kamu,  kembali menyapa... 
Dan aku? 
Tak tahu harus apa. 

Aku merasa bagaikan anak kecil yang sedang memainkan boneka. 
Tak ada niatan untuk memainkan hati cucu Adam. 
Dan aku,  telah menjelaskan padamu kala itu. 
Kita cukup teman,  dan kamu menyetujuinya bukan? 

Dan pertanyaan mu malam itu,  membuatku bingung. 
Bukan ini mau ku,  lantas aku jawab pertanyaan mu dengan jawaban receh dan menganggap itu hanya bercanda. 

Tapi,  tak sekali pertanyaan itu kau lontarkan. 
Hingga akhirnya, aku berkata. 
"Aku tak bisa.  Aku punya kriteria yang dulu kamu tak menyanggupinya"

Lantas kamu menjawab, "aku sudah termasuk dalam kriteria tersebut.  Aku sudah berhenti"

Diam,  dan aku tak tahu harus jawab apa. 
Dan aku,  meminta waktu untuk memikirkan semuanya.  Kamu tentu saja menyetujuinya. 

Tepat diwaktu yang telah aku janjikan,  aku memberikan sebuah kabar padamu. 
Dan setelah itu, pada satu hari yang penuh dengan rintik hujan, kamu menyatakan sebuah permintaan. Tidak, bukan kamu langsung yang mengungkapkannya.

Dan aku,  tentu saja diberi pertanyaan atas permintaan itu. 

Kalian tahu,  tak ada jawaban apapun yang keluar kala itu.  Mulutku bagaikan pintu yang kehilangan kunci.  Tak bisa terbuka. 

Tapi nyatanya,  semua insan diruangan tersebut tertawa bahagia atas segala tingkah konyol ku saat itu. 

Dan hari itu adalah awal dari do'aku dan tentu saja do'amu. 
Meskipun pertanyaan tersebut tetap tak memiliki jawaban hingga hari ini. 

Tapi percayalah,  senyum dan rasa malu ku saat itu adalah jawaban atas segala pertanyaanmu. 


Pandeglang,  20 September 2020
~N&R~






Komentar

Postingan Populer