cerpen : Ucapan Pertama

UCAPAN PERTAMA ^^
(karya : Neng Rohiyah)


Lantunan Suara adzan ashar terselip samar-samar diantara ribuan tetes hujan yang sedang membasahi tanah dan semua yang ada diatasnya. Sari menghirup nafas dalam-dalam saat memandang keluar jendela kamarnya. Menikmati karunia Tuhan yang begitu mempesona. hujan selalu menjadi hal yang paling ia sukai. Hujan mampu membuatnya lebih tenang, dan hujan selalu mengingatkan sari pada cerita yang tak pernah ia dapat lupakan saat ia duduk di bangku SMA. Kejadian yang telah berlalu 3 tahun yang lalu saat sari duduk di bangku XI.
Hari itu, sari bersama teman-temannya mewakili sekolahnya untuk mengikuti lomba perkemahan yang diadakan oleh salah satu organisasi terkemuka didaerahnya. Acara rutin yang selalu diadakan setiap tahunnya dan selalu ditunggu-tunggu oleh semua SLTA didaerahnya.
Sekolah sari mengirimkan 2 kelompok untuk mengikuti perlombaaan tersebut. Yaitu kelompok putra dan putri. Salah satu anggota dari kelompok putra yang saat itu selalu ada dipikirannya pun ikut mengikti perlombaan tersebut.
Sari tidak mengerti, kenapa 1 bulan terkahir ini ia selalu terbayang-bayang oleh sosok laki-laki tersebut. Ray biasa laki-laki itu dipanggil oleh semua teman-temannya. Laki-laki yang pintar, aktif, dan menjadi siswa yang populer disekolahnya. Sari dan ray memang satu organisasi. Tapi sari yakin bahwa ray tidak mengenalinya, berbeda dengan sari yang mengenalinya.
Sebenarnya sari sangat terganggu dengan apa yang ia rasakan saat itu. Perasaan yang terkadang membuatnya bahagia namun dengan sekejap membuatnya sakit. Sudah beberapa cara ia lakukan untuk menghilangkan perasaaannya, karena ia yakin ini hanya perasaan sesaat saja. Tapi, semakin ia mencoba maka perasaan itu semakin dalam.
Perasaan yang membuatnya jantungnya berdetak dua kali lebiih cepat dari biasanya saat ia berjumpa dengan laki-laki tersebut. Perasaan yang membuatnya grogi dan terlihat kikuk saat ia mengikuti rapat rutin organisasinya.
Perasaan yang selalu ia tutupi dan dipendam didalam hatinya. Meskipun sari tidak kuat menahannya. Perasaan yang ia tutupi dalam-dalam. Berharap rasanya akan hilang dengan mengalirnya waktu. Walaupun kenyataan tidak seperti yang ia harapkan. sari yang selau menutupi kekikukannya dan rasa malu nya saat bertemu atau berbicara saat rapat di organisasinya berlangsung. Berharap laki-laki tersebut tidak mengetahui dan tidak dapat membaca perasaan yang sesungguhnya ada didalam hati sari.
Hari itu adalah rapat terkahir ketika menentukan siapa saja orang-orang yang mewakili sekolahnya untuk berlomba esok hari. Dan pada saat itu juga semua siswa melakukan perkenalan nama dan kelas. karena setiap orang yang mengiktu lomba berbeda kelas dan organisasi yang diikutinya. Dan saat itu juga dapat dipastikan ray sudah mengenali sari, dan betap terkejutnya ray bahwa ternyata mereka berada dalam satu organisasi yang sama. Dan hari itu juga  sari dan teman-temannya  mempersiapkan utuk pemberangkatan esok hari.
Hari berganti hari, sore ini saatnya semua peserta lomba pulang kerumah masing masing. Acara yang berlangsung selam 3 hari 2 malam itu sudah selesai. Dan pemenang dari grup putra dimenangkan oleh sekolah lain sedangkan pemang grup putri dimenangkan oleh sekolah sari. Grup ray hanya mampu meraih juara 3.
Sari, ray dan semua teman-temannya diantar kesekolah terlebih dahulu untuk berkumpul dan mengembalikan peralatan yang dipinjam dari sekolah.
Setelah semuanya selesai. Semua siswa pulang kerumah masing-masing. Sari dan sintia salah satu sahabat baik sintia berdiri di depan gerbang sekolah menunggu jemputan dari keluarganya, begitupun dengan teman-teman yang lainnya.
Saat sintia sedang mengobrol dengan sintia, seorang laki-laki yang sudah tidak muda mengendarai sepeda motor behenti tepat dihadapan sari. Sosok laki-laki yang sudah tak asing lagi, itu adalah ayah sari. Sari langsung menghampiri dan mencium tangan yang sudah mulai berkeriput itu. Diikuti oleh sintia yang juga mencium tangan ayah sari.
Ayah : sari, maafin ayah. Ayah telat menjemput mu.
Sari : ayah gak telat jemput sari kok.
Ayah : yaudah ayo kita pulang. Ibu dan kakak-kakak mu udah menunggu dirumah.
Sari : iya.
Ayah : sintia dijemput juga kan?
Sintia : iya pak, bentar lagi ayah sintia juga dateng. Oh itu ayah. (melihat kearah ayahnya yang memanggil namanya)
Sari : yaudah sin sari duluan yah.
Sintia : iya.
Saat sepeda motor yang ditumpangi oleh sintia dan ayahnya melewati teman-teman yang lain yang juga sedang menunggu jemputan. Sari memberikan senyuman dan beberapa kata pamitan kepada teman-temannya. Sari sedikit kaget saat iya melewati ray, yang tidak sengaja mereka saling bertatapan dan itu membuat sari terpaksa tersenyum untuk menyembunyikan rasa gugupnya.
Sar : J
Ray : hati-hati.
Betapa kaget, bahagia,  sekaligus deg-degannya sari. Karena itu adalah ucapan pertama yang terucap dari mulut ray kepada sari. Dan itu adalah moment yang tidak pernah sari bisa lupakan dan selalu ia ingat hingga sekarang. Ucapan dari orang yang diam-diam ia sukai dan menjadi kisah cintanya di masa putih abu-abu.
“Sari,, udah shalat ashar???”
Suara yang terdengar dengan jelas itu mengagetkan lamunan sari. Hujan telah berhenti dan sekarang menyisakan bau tanah dan udara sejuk yang begitu menenangkan, sungguh nikmat Tuhan yang luar biasa.
“Belum mah, ini sari mau mandi dulu”. Jawab sari kepada mamahnya yang dibarengi dengan mengambil handuk dan pergi kekamar mandi.

~TAMAT~ ^^


Komentar

Postingan Populer